
PALAKAT Manado–Sebagai seorang aktor, dosen, novelis, penulis, sastrawan dan wartawan senior asal Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Panda Abdiel Tambayong, sering juga disapa Japi Tambajong yang lahir 12 Juli 1945 ini, punya keinginan besar untuk bisa bangun galery dan tempat pentas seni budaya.
Hal itu disampaikan keponakan Japi Tambajong, Eleonora Moniung SH MH. Dirinya pun mengatakan, meski dalam kondisi sakit orang yang sering di sapanya Om Japi, punya keinginan untuk memperkenakan hasil karyanya. “Ia ingin menghimpun dan mengumpulkan anak binaannya di Sulawesi Utara dengan membangun sebuah galery dan tempat pentas seni budaya, “kata Eleonora kepada wartawan Jumat (07/01), dan memberitahu, Om Japi sementara dirawat isterinya Marie Louise dirumahnya.
Sebelumnya, Pengacara Nasional ini telah bertemu langsung dengan Gubernur Sulut Olly Dondokambey di vila Mangatasik. “Gubernur OD sangat support dan menunjuk tim kecil untuk merancang dan segera merealisasikan keinginan om Japi, “kata Eleonora.
Menurut Eleonora tugas dari Om Japi ini sudah lama diembannya, sebelum beliau jatuh sakit. “Saya optimis ini bisa berjalan lancar dengan harapan Remy Sylado Centre akan menjadi salah satu destinasi wisata budaya di Manado, “ujar Eleonora
Eleonora menambahkan, Tim Pokja 23671 Centre sudah dibentuk dan segera ‘action’.
Adapun sebagai pengurus yaitu, Pengarah Gubernur Sulut, Penasehat Para Budayawan, Pembina Ir.Rita Dondokambey, Ketua Eleonora Moniung, Ketua Harian Donna Keles, Sekretaris Reggie Senduk, Bendahara Elsye Monginsidi dan Humas Jeane Rondonuwu.
Seperti diketahui, karir Remy Sylado berjaya lebih dari lima dekade, ia muncul di belasan film layar lebar dan termasuk salah satu aktor paling disegani di generasinya. Ia juga seorang penulis aktif yang beberapa karyanya telah diadaptasi untuk layar lebar. Salah satu film terkenal berdasarkan tulisannya adalah Ca-Bau-Kan (2002) dari novel berjudul sama Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa (1999).
Penampilan impresifnya sebagai aktor dalam drama romantis Tinggal Sesaat Lagi (1986), Akibat Kanker Payudara (1987) dan 2 dari 3 Laki-Laki (1989) membuatnya mendapatkan pujian kritis dan semuanya membuatnya mendapatkan tiga nominasi untuk Piala Citra Festival Film Indonesia sebagai Aktor Pendukung Terbaik.
Ia memulai karier sebagai wartawan majalah Tempo (Semarang, 1965), redaktur majalah Aktuil Bandung (sejak 1970), dosen Akademi Sinematografi Bandung (sejak 1971), Ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung. Saat di Teater Bandung 23671 adalah debut awal untuk karir sastrawannya.
Di Sulawesi Utara, drama kisah Johann Gottlieb Swhwarz, penginjil asal Jerman yang berjuang menyebarkan injil di tanah Minahasa balutan tangan sastrawan Remy Sylado sangat dirindukan untuk dipentaskan kembali. Saat itu, dalam rangka peringatan jasa Johann Gottlieb Schwarz, September 2015 Remy Sylado diundang oleh sebuah panitia yang diketuai oleh Tommy Sands Wungkar untuk membuat pertunjukan teater di Langowan, Minahasa.
Judul drama-musik ini adalah ‘Johann Gottlieb Schwarz’ dengan para pemain teater yakni Imam S. Bumiayu, Tanty Saragih, Catherine Lee, Eleonora Agatha Tan, ‘’ Kami pentas di Lapangan Schwarz dengan penonton sekitar 3000 orang,’’ demikian kutipan tulisan Remy di akun Remy Sylado-23671.
(Fey**)