PALAKAT Jakarta–Seluruh Umat Islam diwajibkan melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan, hal ini dipandang penting dalam keagamaan. Masuki bulan Ramadan kali ini, Praktisi Industri Nutrisi, Dr Ray Wagiu Basrowi mengatakan, Ibu hamil dan menyusui boleh puasa tapi harus perhatikan dan jaga status hidrasi & gizi kunci.
Hal ini disampaikan, demi menjawab keragu-raguan para ibu hamil dan menyusui setiap memasuki bulan Ramadan, kemudian muncul pertanyaan klasik ,apakah bisa berpuasa? Adakah bahaya untuk Kesehatan ibu hamil dan janin atau bayi yang sedang disusui?
Menurut dua pakar kedokteran yaitu Dr dr Ray Wagiu Basrowi MKK dan dr. Febriansyah Darus, SpOG(K) ibu hamil dan menyusui pada prinsipnya bisa berpuasa selama kondisi umum nya terkontrol dan tidak memiliki masalah klinis serius yang sedang di monitor dokter atau bidan. Berbicara melalui forum Instagram live di akun @ray.w.basrowi.

“Untuk ibu menyusui memang harus dipikirkan secara matang terutama untuk ibu menyusui dalam periode ASI eksklusif 6 bulan pertama. Karena di enam bulan pertama ASI adalah makanan utama dan satu-satunya bagi bayi sehingga kualitas ASI dan tentu saja volume ASI harus tetap terjaga, “Kata Dr dr Ray
Dijelaskan pula, yang perlu dilakukan adalah memastikan status hidrasi atau kecukupan cairan, ini penting karena ASI itu komposisi utama dominannya adalah air. Selain itu, biasanya ibu menyusui akan cenderung merasa mudah haus setelah menyusui atau memompa ASI. Juga harus dipikirkan potensi dehidrasi, sehingga volume ASI juga mungkin akan terganggu, akibatnya malah bisa menggagalkan ASI eksklusif. “Jadi memang dikembalikan ke kemampuan Ibu dan konsultasi dengan dokter atau bidan, “ungkap Dr Ray yang merupakan Medical Science Director Danone Indonesia.
Menurut Dr dr Ray, bagi ibu pekerja tantangan menyusui sambil berpuasa juga menjadi semakin berat. Beberapa hasil penelitian observasi okupasional juga mengungkapkan ibu pekerja yang menyusui dan berpuasa justru mengalami beberapa keluhan terkait stamina kerja, terutama pada kalangan pekerja buruh perempuan. Untuk kondisi seperti ini memang sebaiknya yang di prioritaskan adalah menyusui dulu dan puasa bisa dipikirkan untuk mengganti dengan berbagai macam bentuk ibadah pengganti puasa yang diizinkan.
“Karena pasti berat sekali kalau menyusui dan berpuasa, selain haus, risiko dehidrasi, belum lagi kelelahan karena kalau bayi masih dibawah enam bulan kan ASI masih on-demand, jadi bisa saja tengah malam sebelum sahur tidak istirahat, terus harus bangun menyiapkan sahur, shalat subuh dan pagi harus kerja lagi. Jadi, memang tantangan ibu pekerja yang menyusui untuk berpuasa sangat berat. Kembalikan lagi ke ibunya, “ujar Dr. Ray melalui akun Instagram @ray.w.basrowi dengan lebih dari 20 ribu follower.
Sementara, Dr Febri menyarankan khusus untuk ibu hamil di trimester pertama atau usia 1-3 bulan lebih berhati-hati dan harus konsul dokter kandungan atau bidan dulu. “Yang pasti ada kondisi yang tidak disarankan berpuasa, yaitu ibu hamil yang mengalami gejala emesis atau mual dan muntah yang berat, bisa saja terdeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin”, ungkap Dr Febri yang merupakan dokter kandungan di RSPAD Gatot Subroto.
Selanjutnya, Dr Febri dan Dr Ray sepakat menyatakan bahwa berdasarkan begitu banyak bukti klinis, baik ibu hamil maupun ibu menyusui dalam kondisi apapun tetap wajib control teratur ke tenaga kesehatan. Untuk ibu hamil, pemantauan kondisi kehamilan dengan antenatal care teratur wajib, untuk memastikan keselamatan ibu dan janin serta kesiapan untuk melahirkan dengan baik, juga selama menyusui penting untuk memaksimalkan kondisi hidrasi & nutrisi ibu.
(Fey**)