PALAKAT Minahasa Selatan–Sebagai bentuk upaya untuk mengendalikan inflasi di Sulawesi Utara (Sulut), Bank Indonesia (BI) melakukan salah satu program komunikasi efektif yaitu, menjangkau para pemuka agama yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) untuk mengomunikasikan kebijakan inflasi di Hotel Sutan Raja Amurang, (27/02/2024).

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Minsel Pdt.Stien Rondonuwu dalam sambutannya mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat atas kebijakan BI di daerah terutama dalam pengendalian inflasi.
Selain itu juga mendorong peningkatan akses keuangan masyarakat ke perbankan untuk meningkatkan inklusi keuangan dan implementasi QRIS dalam mendorong kelancaran transaksi pembayaran dengan latar belakang berdasarkan historis.
Menurut Ibu Stien, menjelang Hari-hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti, Ramadan dan Idul Fitri maka harus diakui akan terjadi inflasi pangan. Seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat, para Tokoh Agama agar kiranya berkenan memberikan sebuah edukasi kepada masyarakat.
“Tokoh agama dan Tokoh Masyarakat adalah orang paling dekat dengan masyarakat marilah kita memberikan peran positif dalam rangka kebijakan pengendalian inflasi, “kata Rondonuwu.
Dijelaskan pula, masyarakat sekarang ini kecenderungannya hidup sendiri lebih dominan daripada memikirkan kehidupan banyak orang. Tokoh agama dituntut dan didorong tidak hanya melihat bagaimana jemaatnya hidup saleh tetapi juga menjadi bagian penting dan berperan mengendalikan inflasi.
Saat menyampaikan sambutan, Kepala KPw BI Sulut, Andry Prasmuko mengatakan, kehadiran BI pada pertemuan ini adalah untuk meminta bantuan pemuka agama di Minsel agar bisa menenangkan masyarakat berkaitan dengan animo belanja serta bagaimana mereka berdagang.
“Kami berharap keseharian pemuka agama dalam setiap kesempatan bisa mengingatkan kembali kepada masyarakat agar berbelanjalah dengan bijak, “kata Andry.
Menurut Andry, kalau masyarakat berbelanja sesuai kebutuhannya tidak berlebihan maka, tidak akan kekurangan barang di pasar.
“Jumlah beras di pasar tidak terlalu banyak, mungkin setelah ada kegiatan besar kemarin, mengharuskan penyelenggara untuk melakukan makan bersama, dugaannya seperti itu, “ujar Andry
Secara keseluruhan diungkapkan, di Indonesia terjadi kenaikan tapi di beberapa daerah sudah turun, sementara di Sulut masih tinggi. “Untuk para pedagang, bolehlah untung tapi secukupnya, sehingga harga–harga melonjaknya tidak terlalu tinggi dan masyarakat mampu untuk membeli, “ungkap Andry.
Selanjutnya BI berharap, akses keuangan mohon bantuan dari pemuka agama untuk mengajak masyarakat agar meminjam uang bukan hanya untuk konsumsi saja tapi, harus diolah melalui kegiatan yang produktif. “Semoga komunikasi hari ini bisa bermanfaat dan menjadi medium komunikasi dengan FKUB di Minahasa Selatan dan bisa membawa keberkahan dan mensejahterakan masyarakat Sulawesi Utara, “kata Andry diakhir sambutannya.
Selanjutnya para pemuka agama disuguhkan materi, Komunikasi Kebijakan Pengendalian Inflasi oleh Kepala Tim Perumusan Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah BI Provinsi Sulut, Ryan Ariefiansyah
Peran Bank Indonesia dalam Ekonomi dan Keuangan Inklusif. Kemudian, Peran BI dalam Ekonomi Keuangan dan Inklusif oleh Ekonom Yunior BI Sulut, Vania Pramuditha, dan Sosialisasi Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS oleh Kepala Tim Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah, Ahmadani Rahman.
Hadir bersama, 17 anggota FKUB se-Minsel, Pemuka Agama dan Pejabat Bank Indonesia.
(Fey)