Generasi Muda Sulut Berani dan Cerdas Berinvestasi

Cerdas berinvestasi fondasi kemandirian ekonomi

Investasi Emas
banner 120x600

PALAKAT Manado–“Rugi besar berturut-turut” kata seorang pemuda Sulawesi Utara yang menurutnya menarik saat dirinya menyadari, hanya karena bermodalkan otodidak, dampaknya luar biasa parah diawal mengambil keputusan untuk berinvestasi.

Jendri nama anak muda yang katanya berani berinvestasi meskipun awalnya merugi. Dirinya mengaku punya target, pada usia tertentu tidak ingin lagi bekerja melainkan punya aset atau uang yang bisa bekerja untuknya.

“Jadi kalau singkatnya, motivasi paling kuat saya dalam berinvestasi saat ini adalah uang, “jawabnya saat ditanya melalui WhatsApp, Minggu (14/09/2025).

Menurutnya, kebebasan finansial itu penting untuk dijadikan tujuan. Sebagai generasi muda, dirinya merasa Gen Z (istilah yang dipakai untuk menyebut generasi muda saat ini) memiliki banyak pilihan instrumen investasi seperti, saham, futures, dan crypto. Apalagi cara aksesnya juga mudah dan affordable. Hanya install aplikasi, top up minimum Rp.100.000, sudah bisa langsung berinvestasi. Tetapi, masih banyak yang belum bisa membedakan apa itu investasi dan trading.

Sebagai anak muda, Jendri menyarankan sebaiknya pemula bisa memilih apakah mau menjadi investor atau trader, bisa juga keduanya. “Kalau Jen, trading emas dan crypto yang keuntungannya dibelikan saham untuk investasi,” ungkapnya.

Diakuinya pula, setelah belajar dan makin mendalami trading khususnya Psikologi Trading, akhirnya stress karena loss, tidak pernah ada lagi. Selain itu, dirinya jadi lebih punya wawasan luas khususnya terkait ekonomi makro, dan yang lebih penting punya jaringan dengan sesama trader.

Dari pengalaman Jendri, pernah stress karena mengalami rugi, tapi berhasil keluar dari posisi tersebut, bukan tidak mungkin ada banyak generasi muda Sulawesi Utara bisa terjebak pada aktivitas investasi yang tidak jelas atau biasa disebut bodong, sehingga mengakibatkan kerugian yang berujung pada hutang dan lain-lain.

Akhir akhir ini kerjasama multi sektor terbentuk yaitu dari lembaga pengelola keuangan diantaranya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bank Indonesia (BI) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), berperan melalui program literasi keuangan menjadikan generasi muda Indonesia memiliki kecerdasan finansial.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Joko Supratikto saat Literasi Keuangan Indonesia Terdepan di Manado

Menurut Bank Indonesia, Sulut merupakan daerah dengan potensi ekonomi yang sangat besar, mulai dari sektor pertanian, perikanan, pariwisata hingga perdagangan dan transportasi. Untuk mengelola potensi ini dibutuhkan masyarakat terutama generasi muda yang memiliki kemampuan mengelola keuangan. “dengan memiliki pemahaman keuangan cukup, generasi muda akan siap menghadapi perubahan, lebih tahan menghadapi guncangan dan lebih mampu meraih peluang keuangan,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Joko Supratikto.

Ruth A Cussoy Intama selaku Pimpinan Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia (BI), juga mengungkapkan, pada Bulan Juli 2025, jumlah investor di Indonesia lebih dari 17,40 juta, didominasi oleh generasi muda sebesar 79 persen. Anak muda yang paham literasi keuangan akan menjadi agen-agen literasi bagi orang-orang di sekitar. “Tidak sekedar hanya menjadi fomo tetapi melengkapi diri dengan pemahaman mengenai investasi yang aman dan terukur,” ungkapnya kepada ratusan mahasiswa peserta Literasi Keuangan Indonesia Terdepan, Kamis (11/09/2025), di Manado.

Melihat keterlibatan Gen Z dalam investasi digital yang tren saat ini, Dr. Christoffel Mintardjo SE, MM, QRMP, sebagai ahli Entrepreneurship, Startup, Technology Entrepreneur, Business Digital, Small Business mengatakan, hal ini sebagai sinyal kedewasaan finansial yang tumbuh lebih cepat dari generasi sebelumnya. Mereka nyaman bertransaksi melalui aplikasi, dari portofolio saham, reksa dana, hingga aset kripto, namun yang paling penting adalah cara mereka berinvestasi yaitu, dengan memahami tujuan, risiko, dan etika finansial, bukan sekadar ikut tren. Fenomena ini bukan gaya hidup sesaat, melainkan fondasi kemandirian ekonomi yang perlu diperkuat melalui literasi dan pendampingan yang berkelanjutan.

“Pada saat yang sama, kita perlu mengantisipasi sisi gelap budaya FOMO dan pengaruh content creator yang kerap mendorong keputusan impulsif,” katanya kepada palakatberita co.

Dr. Christoffel Mintardjo SE, MM, QRMP
Trainer Startup di Pusat Inkubator Bisnis Teknologi (IBT) Unsrat
2018 s.d Sekarang

Dijelaskan Christoffel, disinilah peran keluarga, lembaga keagamaan/tokoh agama, dan kampus menjadi penting sebagai penjaga akal sehat, mendorong Gen Z membangun rencana keuangan yang realistis, menguji informasi dengan data, serta berdiskusi dalam kelas mapalus finansial berbasis komunitas. Dengan begitu, keberanian mereka berinovasi tetap berjalan seiring kehati-hatian, sehingga semangat Si Tou Timou Tumou Tou, memanusiakan sesama terwujud dalam praktik keuangan yang bertanggung jawab.

Selanjutnya diharapkan, peran BI tidak berhenti pada stabilitas moneter, juga perlu tampil sebagai arsitek literasi dan pelindung publik dalam lanskap investasi digital.

“Saya merekomendasikan literasi investasi berbasis komunitas yang menempel pada ekosistem anak muda—kampus, komunitas gereja/masjid, organisasi kepemudaan, hingga kelompok mapalus, “ujarnya, berharap agar edukasi menjadi praktik kolektif yang mendarat.

Kolaborasi dengan perguruan tinggi pun disarankan untuk simulasi investasi dan kurikulum kewirausahaan keuangan digital dengan alasan akan menciptakan ruang aman belajar. Selanjutnya, Program “Mapalus Investasi” bisa membina kelompok kecil dengan mentor BI/OJK, melatih disiplin dan tata kelola.

Disamping itu, menyarankan BI agar dapat mendorong Generasi muda melalui inovasi kecil seperti program sisihkan receh digital, pembulatan transaksi via QRIS/BI-FAST ke tabungan/investasi mikro. Atau bisa juga dashboard agregat edukatif anti-scam akan memperkuat ekosistem yang aman sekaligus kreatif, tanpa kehilangan identitas lokal.

Sebelum menaruh dana, generasi muda diingatkan untuk hanya menggunakan aplikasi resmi berizin OJK/di bawah pengawasan BI, memulai kecil dan konsisten. Praktisnya, pegang 5T yaitu, Tujuan yang jelas, Tenggat waktu (jangka pendek-menengah-panjang), Toleransi risiko, Taktik eksekusi (mis. setoran rutin, stop-loss mental), dan Tinjau berkala.

“Lengkapi dengan hygiene digital, aktifkan 2FA, jaga PIN/OTP, hindari tautan mencurigakan, jangan berutang untuk berinvestasi, dan catat kewajiban pajak,” tegasnya.

Selanjutnya dijelaskan, investasi digital memperluas inklusi keuangan dengan menurunkan hambatan modal dan akses, generasi muda pelaku UMKM yang ada di pesisir bisa mulai berinvestasi meskipun dari nominal yang kecil. Dari dana yang terhimpun ikut memperkuat pembiayaan usaha, mendorong ekspansi perusahaan. Investasi digital membuka jembatan ke pasar global seperti, UMKM Pariwisata, kuliner dapat mengakses pendanaan kreatif. Nilai lokal torang samua basudara mengingatkan kepada keseimbangan serta keberlanjutan yang fokus pada tujuan berinvestasi bukan untuk berjudi melainkan, membangun ketahanan finansial jangka panjang bagi diri sendiri dan keluarga.

Agar dampak lebih nyata, diperlukan keterkaitan dan komitmen kuat antara Pemerintah Daerah dan Otoritas Keuangan untuk mengangkat pertumbuhan investor muda secara merata dan berkesinambungan.

 

(kj_Feyni Sambuaga)

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *