
PALAKAT Manado–Meski perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) terkontraksi pada tahun 2020 dikarenakan terdampak pandemi Corona Virus Disease (COVID-19), namun Bank Indonesia (BI) melalui Kepala Perwakilan Sulut, Arbonas Hutabarat mengaku optimis akan ada perubahan capai angka 4-5%.
Dibenarkan bahwa perekonomian Sulut melambat pada triwulan IV tahun 2020, terkontraksi sebesar 2,23% Year-On-Year (yoy), sedangakan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,80%. Penyebabnya adalah kondisi rumah tangga yang belum optimal serta penurunan pagu belanja operasional pemerintah. Realokasi belanja pemerintah yang paling menonjol ada pada pelaksanaan iven-iven yang sebelumnya dilaksanakan disaat kondisi normal. Kemudian penurunan pagu belanja operasional seiring terjadinya rekofusing anggaran. “Pandemi COVID-19 berdampak pada pertumbuhan ekonimi Sulut dikarenakan aktivitas sosial ekonomi masyarakat menurun. “Papar Arbonas dalam acara Media Briefing Kondisi Makro Ekonomi Sulawesi Utara Tahun 2020, di hotel Four Points, Senin (08/02).
“Kami optimis peningkatan aktivitas seiring dengan pemberian vaksin COVID-19, akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut semakin meningkat capai angka 4-5%. “Ungkap Arbonas sambil menjelaskan faktor pendorong perekonomian di Sulut ada pada pertanian, perdagangan, industri, investasi, konstruksi, transportasi, konsumsi domestik, dan ekspor.
Terkait inflasi di Sulut, tahun 2021 diperkirakan akan membaik, kemudian meningkat. Pemulihan konsumsi rumah tangga ditransmisikan pada kenaikan permintaan. Akan ada tekanan inflasi, sumbernya dari komoditas sub kelompok tembakau seiring tertundanya kenaikan ditahun 2020, demikian juga dengan inflasi komoditas bahan makanan makin terjaga.
Meski demikian masih terdapat risiko yang perlu diperhatikan dalam mendorong perekonomian maupun pengendalian inflasi di Sulut. Oleh karena itu, ada beberapa rekomendasi kebijakan yang dimaksudkan BI guna wujudkan pemulihan ekonomi Sulut. Antara lain, Sinergi bangun optimisme pemulihan ekonomi, pembukaan lapangan usaha potensial, pengembangan SDM melalui North Sulawesi Investmen Challenge (NSIC), mendorong kerjasama antar daerah, penerapan elektronifikasi transaksi pemerintah daerah. “BI tunjang percepatan pemulihan ekonomi dengan pengadaan marchan diseluruh Kabupaten/Kota, maksudnya penggunaan digitalisasi. “Kata Arbonas menjelaskan.
(Fey)