
PALAKAT Jakarta–Dampak yang dihasilkan oleh pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) juga mengakibatkan para Tenaga Kesehatan (nakes) Indonesia dilayanan primer diIndonesia alami kesulitan untuk pertahankan ibu menyusui dan beri Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
Hal ini dibuktikan lewat penelitian – secara daring yang dilakukan Dr. Ray Wagiu Basrowi MKK, sebagai peneliti utama serta Founder & Chairman dari Health Collaborative Center (HCC), yang dilakukan bersama Dr. Levina Chandra Khoe, MPH dan Qisty melalui survei daring selama periode Februari – Mei 2021.
Menurut Dr. Ray, temuan penelitian ini antiklimaks dari momentum Pekan ASI Sedunia ditengah pandemi ini yang bertemakan ‘Lindungi ASI Tanggungjawab Bersama’. “Penelitian kami menemukan data bahwa ternyata selama pandemi VOVID-19, para tenaga kesehatan terutama dilayanan primer mengakui kesulitan mempertahankan ibu untuk menyusui karena ketidaktersediaannya layanan antenatal care atau pemantauan kehamilan dan menyusui secara daring, sementara hampir 50% pasien ibu hamil dan menyusui memutuskan untuk mengurangi jumlah kunjungan, serta Posyandu dan Puskesmas mengurangi pelayanan ibu hamil dan menyusui. Akibatnya kesempatan konseling laktasi terganggu. Ini bisa akibatkan ibu menyusui gagal ASI eksklusif karena penelitian membuktikan peran tenaga kesehatan sangat kritikal dalam keberhasilan menyusui”, ungkap Dr. Ray.
Dilanjutkan lagi, ketika melihat hasil penelitian ini, tim peneliti HCC menyimpulkan, penting untuk melakukan sistem penjadwalan kunjungan yang telah disepakati ibu sebelumnya, kemudian opsi lain adalah melalui kunjungan rumah atau konseling daring seperti Whatsapp/SMS dan telepon. “Saran inovasi , serta konseling menyusui selama pandemi yang juga diperoleh dari respon para tenags kesehatan diantaranya fasilitas /konsultasi daring yang mudah digunakan dan bebas biaya/gratis tersedia, Posyandu daring, kelasibu menyusui online, instrumen pengawasan ibu hamil dan menyusui berbasis online, seperti kalender online atau aplikasi ponsel. “Lanjutnya, dalam video meeting bersama media dengan topik media session Peka ASI Sedunia, Rabu (04-08) siang tadi.
Disamping itu, Dr. Ray juga menegaskan bahwa adalah tanggung jawab bersama untuk memerangi hal yang menyebar sekarang, dimana ibu menyusui percaya jika COVID-19 bisa ditularkan lewat ASI, padahal itu adalah hoaks, “bayi tidak akan tertular COVID-19 selama cara menyusui dilakukan dengan tepat. Misalnya di pump atau ibu bisa menggunakan APD dan tidak melakukan kontak langsung dengan bayi, “kata Dr Ray menegaskan, sambil juga menjabarkan beberapa cara menyusui, jika ibu terkonfirmasi positif COVID-19.
Diketahui penelitian tersebut, melibatkan 1004 tenaga kesehatan yang mayoritasnya bidan serta dokter umum, dan 45% adalah tenaga kesehatan layanan primer yang bekerja di Puskesmas serta 17% bidan praktik mandiri dari 22 Provinsi di Indonesia.
(Fey)