
PALAKAT Manado–Angkat prinsip kesetaraan gender, Jurnalis Perempuan Sulawesi Utara (Sulut) berbagi strategi penting, menghadapi persoalan di tempat kerja. Hal ini dibahas bersama pada Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) di Avons Residence, Bumi Beringin, Manado, Kamis (28/10).
Salah satu jurnalis perempuan, juga adalah Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Sulut, Jeane Rondonuwu menyampaikan, sebagai bentuk implementasi kepedulian terhadap kaum perempuan, kesetaraan kesempatan di tempat kerja terus diperjuangkan dan digali apa saja yang menjadi persoalan dan bagaimana cara atau strategi tepat mengatasinya.
“Perempuan jurnalis juga adalah pekerja. Kesetaraan gender di tempat kerja adalah bentuk pemenuhan hak-hak, kesempatan dan perlakuan yang adil oleh laki-laki dan perempuan dari semua kelompok umur disegala tahapan kehidupan dan pekerjaan. Hadapi budaya yang diciptakan merujuk pada keterbatasan karir dan pengembangan diri, adalah dengan menerapkan strategi tunjukkan karyamu, baik dalam bentuk tulisan maupun ide-ide positif dilingkup pekerjaan, agar ilmu yang kita punya tidak hilang, “kata Jane. Menurutnya, jurnalis perempuan tidak boleh menyerah pada keadaan, harus terus belajar dan melatih diri meski ada banyak hambatan. “Intinya jangan berhenti berkarya, “ujar Jeane, menambahkan.
Menarik, dalam diskusi hadir perempuan hebat bisa menjalankan tugas di luar negeri, Iren Debby Carolina Rindorindo S.S., M.Hum. Seorang penterjemah bahasa Indonesia di Laos. Dirinya berbagi pengalaman bagaimana perempuan Laos dengan kemauan tinggi, mereka berusaha agar bisa mengembangkan diri.
“Perempuan Laos memiliki karakteristik pekerja keras, punya kemauan tinggi untuk berperan lebih besar meningkatkan ekonomi negara, tangguh dan berambisi. Mereka berpendapat bahwa perempuan memiliki kemampuan seperti laki-laki, “ungkap Iren
Disampaikan pula, strategi tangguh dan berkemauan tinggi untuk terlibat dalam memajukan ekonomi negara inilah yang bisa dipakai jurnalis perempuan untuk tetap eksis.
Dari diskusi yang terjalin dengan melibatkan moderator cakap, juga seorang jurnalis perempuan, Grace Wakary, diakui oleh sejumlah jurnalis perempuan di Sulut, kesetaraan dan non diskriminasi di tempat kerja tidak terdapat kendala yang menonjol. Oleh perusahaan pers tempat mereka bekerja telah memberi kesempatan yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk pemenuhan hak-hak dan perlakuan adil di lingkungan pekerjaan. Begitu pula dengan diskriminasi tentang akses pekerjaan dan jabatan tidak dialami, karena semakin banyak jurnalis perempuan terlibat langsung memimpin perusahaan, membuktikan posisi kesetaraan gender.
Sementara, ada persoalan bagi jurnalis perempuan menghadapi transformasi digital yang berkembang pesat, dibarengi maraknya muncul media online, kemudian fenomena narasumber yang enggan diwawancarai. Kemudian kesejahteraan jurnalis yang masih belum mantap, karena masih mengandalkan pembagian hasil dengan perusahaan juga tanpa tunjangan kesehatan, uang makan, perjalanan serta bonus dan skema pensiun. Melalui FGD ini, lahir solusi yang jadi rekomendasi yaitu, pemberdayaan perempuan jurnalis dengan ketrampilan profesi dan perkembangan ilmu jurnalistik, dorongan mengikut fellowship dan kompetisi jurnalistik, sharing motivation secara rutin, serta fasilitas Uji Kompetensi Wartawan, dan peluang kerjasama dengan lembaga-lmbaga terkait.
Diakhir diskusi, oleh moderator dikatakan, perempuan jurnalis harus bisa dilibatkan dalam pembangunan dan ekonomi negara, karena itu harus mengembangkan sisi positiif dari diri sendiri, “jelih melihat peluang, tangguh menghadapi persoalan, dan tingkatkan prestasi lewat karya positif, “pungkas grace, menutup diskusi.
(Fey)